1. For The First Time in Forever
Cuaca pagi
hari ini sungguh cerah. Udara kota Jakarta tak seperti biasanya yang gersang
dipenuhi kendaraan bermotor, pagi ini hanya ada beberapa kendaraan bermotor
yang lalu lalang di jalanan. Sungguh pagi yang indah, seindah hati Evelyn.
Entah apa yang telah terjadi namun hatinya teramat bahagia pagi ini. Evelyn
bersiap untuk hari barunya di kelas VIII SMP. Ya, gadis itu adalah seorang
siswi di sebuah SMP Swasta di Jakarta. Umurnya yang meski masih belia namun
sudah banyak teman-teman sekolahnya yang mengidam-idamkannya. Namun Evelyn
masih menutup rapat-rapat hatinya. Didikan orang tua yang keras yang
mengajarkannya untuk disiplinlah yang membuat hati Evelyn tidak dapat menerima
perasaan seseorang di hatinya. Selain didikan orang tuanya itu, Evelyn adalah
anak yang pintar di sekolahnya, selain terkenal akan parasnya yang cantik, siswi
kelas VIII ini pun terkenal akan prestasinya, faktor tersebutlah yang mendukung
Evelyn untuk tidak terikat kesebuah hubungan dengan seseorang.
Evelyn
sampai di sekolah dan segera menemui teman-temannya yang sedang berkumpul
melepas kangen dikarenakan 2 minggu lamanya mereka tidak bertemu. Evelyn sangat
senang dapat berkumpul kembali bersama teman-temannya. Namun tiba-tiba saja
matanya tertuju kepada seseorang yang menarik perhatiannya seketika. Seorang
lelaki yang berperawakan tinggi itu yang seketika mengalihkan dunia Evelyn,
tanpa disadari senyum tipis ditorehkan oleh Evelyn dibibir mungilnya.
Sebelumnya Evelyn belum pernah melihat lelaki itu, sepertinya ia anak baru.
Namun, terlihat jelas di bet bajunya lelaki itu tak seusia dengannya, lelaki
itu satu angkatan lebih tinggi dari Evelyn.
Evelyn
adalah gadis normal, sedisiplin apapun Evelyn dia tetap seorang gadis normal
yang ingin merasakan suatu perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Dan perasaan
suka tersebut Evelyn berikan terhadap seseorang yang baru pertama kali ia
lihat. Kakak kelas barunya di SMP. Kadang setiap pelajaran olahraga Evelyn
selalu mencuri-curi pandang hanya untuk melihat sang idaman yang sedang belajar
di kelasnya. Begitupun bila sang cowok idaman sedang berolahraga di lapangan
Evelyn selalu menengok keluar jendela.
Namun
karena ketidak fokusan Evelyn ketika belajar membuat Evelyn harus berbicara
empat mata dengan wali kelasnya.
“Ma-maafkan
aku bu, aku berjanji aku tak akan mengulanginya lagi”
Wali kelas
Evelyn hanya dapat menarik nafas panjang dan tersenyum kepada Evelyn.
“Kali ini
ibu akan memafkan mu, tetapi bila ada laporan dari guru lain kejadian ini
terulang kembali, ibu tak segan-segan akan melaporkan mu kepada kedua orang tua
mu, Evelyn.”
“Terimakasih
bu,”
Evelyn
terlihat sangat senang, senyum lebarpun seketika terlihat diwajah manisnya itu.